Search This Blog

Saturday, September 10, 2016

Teknik Budidaya Cabai


BAB I 
PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang
Tanaman cabai (Capsicum sp) diperkirakan ada sekitar 20 sepesies yang sebagian besar tumbuh di tempat asalnya yaitu Amerika Serikat. Di antara yang sudah akrab dengan kehidupan manusia baru beberapa sepesies saja, yaitu cabai besar (Capsicum annum), cabai kecil (Capsicum frustescens), Capsicum baccatum, Capsicum pubescens, dan Capsicum chinense (Setiadi, 2005).
Produksi cabai selain dalam memenuhi kebutuhan dalam negeri juga untuk ekspor. Pada tahun 1977, Indonesia mengekspor 2.319 ton cabai kering, atau 3,1 persen dari ekspor cabai dunia. Pada tahun 1978 hanya mengekspor 739 ton dan tahun 1979 hanya 270 ton. Kualitas produksi cabai  yang baik sangat tergantung pada petani dan pengusaha pertanian di Indonesia, karena tanaman cabai memang membutuhkan perawatan secara khusus (Tjahjadi, 1991).
Setiadi (2005) buah cabai banyak dimamfaatkan untuk banyak keperluan, baik yang berhubungan dengan kegiatan masak- memasak maupun untuk keperluan yang lain seperti  untuk bahan ramuan obat tradisional. Konon buah cabai dapat bermamfaat meningkatkan kerja pencernaan dalam tubuh manusia.
Kalau cabai besar hanya hidup untuk semusim saja, cabai kecil justru bias mencapai  umur tiga tahun dengan produksi nonstop jika dirawat dengan baik. Tinggi tanaman cabai mencapai 150 cm.  ukuran dan tangka daunnya lebar. Posisi bunga tegak dengan mahkota kuning kehijauan. (Anonim 1996).
Menurut Moenandir (1988) Gulma adalah tumbuhan yang tumbuhnya salah tempat. sebagai tumbuhan  gulma selalu berada di sekitar tanaman yang dibudidayakan dan berasosiasi dengannya secara khasu. Gulma dapat dibedakan menjadi beberapa golongan sesuai dengan bentuk daun (daun lebar atau daun sempit),  lama hidupnya (setahun atau semusim, dua tahun atau tahunan ), serta dari sudut pentingnya (golongan yang sangat panas dan golongan agak panas).
Kerugian yang ditimbulkan oleh tumbuhan pengganggu setara dengan kerugian yang ditimbulkan oleh hama dan penyakit. Gulma menjadi masalah yang tetap, karena selalu menyaingi tanaman utama  dalam pengambilan unsure hara, air, cahaya dan tempat. Gulma juga dikenal sebagai rerumputan atau tumbuhan liar (Rukmana & Saputra, 1999).
Pengendalian gulma pada prinsipnya merupakan usaha peningkatan daya saing tanaman pokok dan meremehkan daya saing gulma. Keunggulan tanaman pokok harus menjadi  sedemikian rupa sehingga gulma tidak mampu  mengembangkan pertumbuhannya  secara berdampingan atau pada waktu bersamaan dengan tanaman pokok (Sukman, 1991).
Sukman (1991) Pengendalian gulma adalah salah satu teknik untuk meningkatkan produksi cabai (C. annum). Diantaranya adalah untuk mengurangi kompetisi hasil setelah pertumbuhan gulma dan memperoleh factor pertumbuhan. Masalah dalam pengendalian gulma adalah pengendalian gulma pada waktu dan frekuensi yang tepat.  Pengendalian gulma sering menyebabkan timbulnya spesies  gulma baru yang lebih kompetitif pada lahan pertanian sehingga menghambat pertumbuhan tanaman. Pengendalian gulma secara mekanik yang terhambat akan menyebabkan persaingan lebih awal sehingga mengganggu pertumbuhan tanaman lebih awal.
Pada pertanaman cabai terdapat 19 spesies gulma yang berasosiasi dengan tanaman cabai yang terdiri dari 14 spesies gulma golongan berdaun lebar, 4 spesies gulma golongan berdaun sempit, dan 1 spesies gulma golongan teki yaitu Ciperus compressus (Lesmana, 2007).

1.2  Tujuan Praktek Kerja Lapang
          Praktek Kerja Lapang ini bertujuan untuk mengidentifikasi gulma yang terdapat pada lahan tanaman cabai yang terletak di Gampong Batu XII Kecamatan Cot Girek Kabupaten Aceh Utara.

1.3  Mamfaat Praktek Kerja Lapang
1.        Mengetahui jenis-jenis gulma yang tumbuh di lahan tanaman cabai yang ada di Gampong Batu XII Kecamatan Cot Girek Kabupaten Aceh Utara.
2.        Mengetahui teknik pengendalian gulma yang berasosiasi dengan tanaman cabai di Gampong Batu XII Kecamatan Cot Girek Kabupaten Aceh Utara.






BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Deskripsi Tanaman Cabai
2.1.1        Botani Tanaman Cabai
          Menurut Nawangsih et all. (2003), tanaman cabai merah (Capsicum annum L) termasuk dalam famili  solanaceae dengan sistematika sebagai berikut :
Kingdom         : Plantae
Divisio             : Spermatophyta
Sub Divisio     : Angiospermae
Klass               : Dicotyledoneae
Sub Klass        : Sympetalae
Ordo                : Tubiflorae
Famili              : Solanaceae
Genus              : Capsicum
Spesies            : Capsicum annum

2.1.2        Morfologi Tanaman Cabai
·      Akar
            Akar tanaman cabai menyebar, tetapi dangkal. Akar- akar cabang dan rambut-rambut akar banyak terdapat dipermukaan tanah, semakin kedalam akar-akar tersebut semakin berkurang. Ujung akar tanaman cabai hanya dapat menembus tanah sedalam 30-40 cm. akar horizontal cepat berkembang di dalam tanah, menyebar dengan kedalam 10-15 cm (Tjahjadi, 1991).

·      Batang
            Batang dibedakan menjadi dua macam. Batang utama dan percabangan     ( batang sekunder ). Batang utama berwarna coklat hijau, berkayu, panjang antara 20-28 cm dan diameternya 1,5-2,5 cm. percabangan berwarna hijau dengan panjang antara 5-7 cm. Diameter percabangan lebih kecil dari batang utama, berkisar antara 0,5- 1 cm cabang yang terletak dekat batang utama diameternya lebih besar dibandingkan dengan bagian atasnya (Nawangsih, 2003).

·      Daun
Nawangsih (2003) daun terdiri atas tangkai, tulang, dan helaian daun. Panjang tangkai daun antara 2-5 cm, berwarna hijau. Tangkai daun berkembang sekaligus sebagai ibu tulang daun. Tulang daun berbentuk menyirip dilengkapi urat daun. Helaian daun bagian bawah berwarna hijau terang, sedangkan permukaan atasnya berwarna hijau tua. Daun mencapai panjang 10-15 cm, lebar 4-5 cm.

·      Bunga
Letak bunga menggantung, panjang bunga 1-1,5 cm, pada saat diameter bunga mencapai 2 cm panjang tangkai bunga 1-2 cm. mahkota bunga berwarna putih dan memiliki 6 kelopak bunga, mahkota bunga akan gugur pada waktu mulai berbentuk kelopak bunga tertinggal dan melekat di pangkal calon buah (Nawangsih, 2003).

·      Buah
Buah cabai merupakan buah sejati tunggal, terdiri dari satu bunga dengan satu bakal buah, bagian ini terdiri atas bagian tangkai buah, kelopak daun, dan buah. Bagian buah tersusun atas kulit buah  yang berwarna hijau sampai merah, daging buah, dan biji. Buah cabai mulai tumbuh pada umur 65-100 hari setelah tanam. Permukaan buah licin, buah yang telah masak berwarna mengkilat, letak buah menggantung dipercabangan atau disekitar ketiak daun (Nawangsih et all., 2003).

2.2  Syarat Tumbuh Tanaman Cabai
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman cabai meliputi sinar matahari, curah hujan, kelembaban, suhu udara, angin, dan penguapan. Tanaman cabai sangat memerlukan sinar matahari. Apabila kurang mendapat sinar matahari di persemaian atau pada awal pertumbuhannya, tanaman cabai akan mengalami etiolasi, jumlah cabang sedikit dan akibatnya buah cabai yang dihasilkan juga berkurang, karena bunga cabai akan muncul dari setiap cabang (Tjahjadi, 1991).
Tanaman cabai cocok ditanaman pada tanaman yang kaya humus, gembur, dan kaya bahan organic serta tidak tergenang air, pH tanah yang ideal sekitar 5-6. pada tanah yang mempunyai derajat keasaman rendah dapat dilakukan pengapuran, hal ini bertujuan untuk meningkatkan pH tanah dan dapat menambah bahan organic dalam tanah (Sunaryono, 1990).
Prajnata ( 2003 ) Hot beauty dan hero adaptif pada ketinggian 400 m dpl seperti di Tasik Malaya, Jawa Barat.  Sebaliknya kedua varietas ini kurang adaptif  di dataran tinggi seperti di pengalengan (1.400-1.600 m dpl). Seandainya ingin menanam cabai di Perngalengan maka pilihlah varietas yang sesuai misalnya Long Chili, Amando, atau Arimbi. Varietas-varietas ini sangat adaptif untuk dataran menengah sampai dataran tinggi.
Cabai merah dapat ditanam pada berbagai jenis tanah mulai dari dataran rendah hingga dataran tinggi sampai ketinggian 2.000 m dpl. Andoko (2004), cabai merah menghendaki CH 600-1.250 mm. Cabai merahy pun membutuhkan sinar matahari penuh sepanjang hari selama hidupnya.

2.3  Pengaruh Gulma Tanaman Cabai
Gulma mempunyai mekanisme adaptasi yang sangat efesien karena proses seleksi alam dan akan selalu didapat pada saat pertanaman, sedangkan tanaman pertanian tidak seefesien gulma karena dikembangkan lewat proses seleksi  buataan sehingga gulma memiliki persaingan yang kuat (Sukma & Yakup, 1991).
Kendala yang dihadapi dalam budidaya tanaman cabai adalah keberadaan gulma disekitar tanaman cabai yang menyebabkan kompetisi diantara keduanya. Kompetisi antara gulma dengan cabai dapat menurunkan produksi. Salah satu upaya untuk mengurangi tingkat kompetisi ini adalah dengan mengendalikan gulma saat periode kritis tanaman (Oktavia, 2007), gulma dapat dibasmi dengan melakukan penyemprotan pestisida.
Rukmana (1999) keberadaan gulma pada areal tanaman budidaya dapat menimbulkan kerugian baik dari segi kuantitas maupun kualitas produksi. Kerugian yang ditimbulkan oleh gulma di antaranya adalah sebagai berikut :
1.      Penurunan hasil pertanian akibat persaingan dalam perolehan air, udara, unsure hara, dan tempat hidup.
2.      penurunan kualitas hasil, menjadi inang hama dan penyakit.
3.      Membuat  tanaman keracunan akibat senyawa racun ( alelopati) yang dikeluarkan oleh gulma, seperti zat phenol yang di keluarkan oleh alang-alang (Imperata Cylindrica) dan absisti yang di hasilkan oleh rumput sakti (Artemisia Absinthium).
4.      Menyulitkan pekerjaan dilapangan dalam pengolahan hasil.

2.4  Identifikasi Masalah
Metode pengenalan tumbuh-tumbuhan lazimnya disebut dengan determinasi tumbuh-tumbuhan atau identifikasi tumbuh-tumbuhan. Metode determinasi tumbuh-tumbuhan dilakukan dengan bantuan buku kunci determinasi yang berisi uraian atau pertelaan (description) botani dari tumbuh-tumbuhan yang telah disusun dalam golongan-golongan yang sistematis. Dewasa ini metode pengenalan tumbuh-tumbuhan umumnya disebut dengan metode identifikasi tumbuh-tumbuhan.
Identifikasi gulma terdiri dari dua macam, yaitu identifikasi gulma yang masalah belum diketahui dalam ilmu pengetahuan dan yang kedua identifikasi gulma  yang belum kita kenal namun sudah diketahui dalam dunia ilmu pengetahuan. Identifikasi gulma yang sudah diketahui dalam dunia ilmu pengetahuan dapat dilakukan dengan cara (Pancho,1975).
  1. Menggunakan buku kunci identifikasi
  2. Memakai system species identifikasi sheet
  3. Membandingkan dengan specimen herbarium yang sah