BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman cabai (Capsicum sp)
diperkirakan ada sekitar 20 sepesies yang sebagian besar tumbuh di tempat
asalnya yaitu Amerika Serikat. Di antara yang sudah akrab dengan kehidupan
manusia baru beberapa sepesies saja, yaitu cabai besar (Capsicum annum), cabai kecil (Capsicum
frustescens), Capsicum baccatum,
Capsicum pubescens, dan Capsicum
chinense (Setiadi, 2005).
Produksi cabai selain dalam memenuhi kebutuhan dalam negeri juga untuk
ekspor. Pada tahun 1977, Indonesia mengekspor 2.319 ton cabai kering, atau 3,1
persen dari ekspor cabai dunia. Pada tahun 1978 hanya mengekspor 739 ton dan
tahun 1979 hanya 270 ton. Kualitas produksi cabai yang baik sangat tergantung pada petani dan
pengusaha pertanian di Indonesia, karena tanaman cabai memang membutuhkan
perawatan secara khusus (Tjahjadi, 1991).
Setiadi (2005) buah cabai banyak dimamfaatkan untuk banyak keperluan,
baik yang berhubungan dengan kegiatan masak- memasak maupun untuk keperluan
yang lain seperti untuk bahan ramuan obat
tradisional. Konon buah cabai dapat bermamfaat meningkatkan kerja pencernaan
dalam tubuh manusia.
Kalau cabai besar hanya hidup untuk semusim saja, cabai kecil justru bias
mencapai umur tiga tahun dengan produksi
nonstop jika dirawat dengan baik. Tinggi tanaman cabai mencapai 150 cm. ukuran dan tangka daunnya lebar. Posisi bunga
tegak dengan mahkota kuning kehijauan. (Anonim 1996).
Menurut Moenandir (1988) Gulma adalah tumbuhan yang tumbuhnya salah
tempat. sebagai tumbuhan gulma selalu
berada di sekitar tanaman yang dibudidayakan dan berasosiasi dengannya secara
khasu. Gulma dapat dibedakan menjadi beberapa golongan sesuai dengan bentuk
daun (daun lebar atau daun sempit), lama
hidupnya (setahun atau semusim, dua tahun atau tahunan ), serta dari sudut pentingnya
(golongan yang sangat panas dan golongan agak panas).
Kerugian yang ditimbulkan oleh tumbuhan pengganggu setara dengan kerugian
yang ditimbulkan oleh hama dan penyakit. Gulma menjadi masalah yang tetap,
karena selalu menyaingi tanaman utama dalam
pengambilan unsure hara, air, cahaya dan tempat. Gulma juga dikenal sebagai
rerumputan atau tumbuhan liar (Rukmana & Saputra, 1999).
Pengendalian gulma pada prinsipnya merupakan usaha peningkatan daya saing
tanaman pokok dan meremehkan daya saing gulma. Keunggulan tanaman pokok harus
menjadi sedemikian rupa sehingga gulma
tidak mampu mengembangkan
pertumbuhannya secara berdampingan atau pada
waktu bersamaan dengan tanaman pokok (Sukman, 1991).
Sukman (1991) Pengendalian gulma adalah salah satu teknik untuk meningkatkan
produksi cabai (C. annum).
Diantaranya adalah untuk mengurangi kompetisi hasil setelah pertumbuhan gulma
dan memperoleh factor pertumbuhan. Masalah dalam pengendalian gulma adalah
pengendalian gulma pada waktu dan frekuensi yang tepat. Pengendalian gulma sering menyebabkan
timbulnya spesies gulma baru yang lebih
kompetitif pada lahan pertanian sehingga menghambat pertumbuhan tanaman.
Pengendalian gulma secara mekanik yang terhambat akan menyebabkan persaingan
lebih awal sehingga mengganggu pertumbuhan tanaman lebih awal.
Pada pertanaman cabai terdapat 19 spesies gulma yang berasosiasi dengan
tanaman cabai yang terdiri dari 14 spesies gulma golongan berdaun lebar, 4
spesies gulma golongan berdaun sempit, dan 1 spesies gulma golongan teki yaitu Ciperus compressus (Lesmana, 2007).
1.2 Tujuan Praktek Kerja Lapang
Praktek Kerja Lapang ini bertujuan
untuk mengidentifikasi gulma yang terdapat pada lahan tanaman cabai yang
terletak di Gampong Batu XII Kecamatan Cot Girek Kabupaten Aceh Utara.
1.3 Mamfaat Praktek Kerja Lapang
1.
Mengetahui jenis-jenis gulma yang tumbuh di lahan
tanaman cabai yang ada di Gampong Batu XII Kecamatan Cot Girek Kabupaten Aceh
Utara.
2.
Mengetahui teknik pengendalian gulma yang berasosiasi
dengan tanaman cabai di Gampong Batu XII Kecamatan Cot Girek Kabupaten Aceh
Utara.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Deskripsi
Tanaman Cabai
2.1.1
Botani
Tanaman Cabai
Menurut Nawangsih et all. (2003), tanaman cabai merah (Capsicum annum L) termasuk dalam famili solanaceae dengan sistematika sebagai berikut
:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Klass : Dicotyledoneae
Sub Klass : Sympetalae
Ordo : Tubiflorae
Famili : Solanaceae
Genus : Capsicum
Spesies : Capsicum annum
2.1.2
Morfologi
Tanaman Cabai
·
Akar
Akar tanaman cabai menyebar, tetapi
dangkal. Akar- akar cabang dan rambut-rambut akar banyak terdapat dipermukaan
tanah, semakin kedalam akar-akar tersebut semakin berkurang. Ujung akar tanaman
cabai hanya dapat menembus tanah sedalam 30-40 cm. akar horizontal cepat berkembang
di dalam tanah, menyebar dengan kedalam 10-15 cm (Tjahjadi, 1991).
·
Batang
Batang dibedakan menjadi dua macam.
Batang utama dan percabangan ( batang sekunder ). Batang utama berwarna
coklat hijau, berkayu, panjang antara 20-28 cm dan diameternya 1,5-2,5 cm.
percabangan berwarna hijau dengan panjang antara 5-7 cm. Diameter percabangan
lebih kecil dari batang utama, berkisar antara 0,5- 1 cm cabang yang terletak
dekat batang utama diameternya lebih besar dibandingkan dengan bagian atasnya
(Nawangsih, 2003).
·
Daun
Nawangsih
(2003) daun terdiri atas tangkai, tulang, dan helaian daun. Panjang tangkai
daun antara 2-5 cm, berwarna hijau. Tangkai daun berkembang sekaligus sebagai
ibu tulang daun. Tulang daun berbentuk menyirip dilengkapi urat daun. Helaian
daun bagian bawah berwarna hijau terang, sedangkan permukaan atasnya berwarna
hijau tua. Daun mencapai panjang 10-15 cm, lebar 4-5 cm.
·
Bunga
Letak
bunga menggantung, panjang bunga 1-1,5 cm, pada saat diameter bunga mencapai 2
cm panjang tangkai bunga 1-2 cm. mahkota bunga berwarna putih dan memiliki 6
kelopak bunga, mahkota bunga akan gugur pada waktu mulai berbentuk kelopak
bunga tertinggal dan melekat di pangkal calon buah (Nawangsih, 2003).
·
Buah
Buah
cabai merupakan buah sejati tunggal, terdiri dari satu bunga dengan satu bakal
buah, bagian ini terdiri atas bagian tangkai buah, kelopak daun, dan buah.
Bagian buah tersusun atas kulit buah
yang berwarna hijau sampai merah, daging buah, dan biji. Buah cabai
mulai tumbuh pada umur 65-100 hari setelah tanam. Permukaan buah licin, buah
yang telah masak berwarna mengkilat, letak buah menggantung dipercabangan atau
disekitar ketiak daun (Nawangsih et all., 2003).
2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Cabai
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman cabai meliputi sinar matahari,
curah hujan, kelembaban, suhu udara, angin, dan penguapan. Tanaman cabai sangat
memerlukan sinar matahari. Apabila kurang mendapat sinar matahari di persemaian
atau pada awal pertumbuhannya, tanaman cabai akan mengalami etiolasi, jumlah
cabang sedikit dan akibatnya buah cabai yang dihasilkan juga berkurang, karena
bunga cabai akan muncul dari setiap cabang (Tjahjadi, 1991).
Tanaman cabai cocok ditanaman pada tanaman yang kaya humus, gembur, dan
kaya bahan organic serta tidak tergenang air, pH tanah yang ideal sekitar 5-6.
pada tanah yang mempunyai derajat keasaman rendah dapat dilakukan pengapuran,
hal ini bertujuan untuk meningkatkan pH tanah dan dapat menambah bahan organic
dalam tanah (Sunaryono, 1990).
Prajnata ( 2003 ) Hot beauty dan hero adaptif pada ketinggian 400 m dpl
seperti di Tasik Malaya, Jawa Barat.
Sebaliknya kedua varietas ini kurang adaptif di dataran tinggi seperti di pengalengan
(1.400-1.600 m dpl). Seandainya ingin menanam cabai di Perngalengan maka
pilihlah varietas yang sesuai misalnya Long Chili, Amando, atau Arimbi.
Varietas-varietas ini sangat adaptif untuk dataran menengah sampai dataran
tinggi.
Cabai merah dapat ditanam pada berbagai jenis tanah mulai dari dataran
rendah hingga dataran tinggi sampai ketinggian 2.000 m dpl. Andoko (2004),
cabai merah menghendaki CH 600-1.250 mm. Cabai merahy pun membutuhkan sinar
matahari penuh sepanjang hari selama hidupnya.
2.3 Pengaruh Gulma Tanaman Cabai
Gulma mempunyai mekanisme adaptasi yang sangat efesien karena proses
seleksi alam dan akan selalu didapat pada saat pertanaman, sedangkan tanaman
pertanian tidak seefesien gulma karena dikembangkan lewat proses seleksi buataan sehingga gulma memiliki persaingan
yang kuat (Sukma & Yakup, 1991).
Kendala yang dihadapi dalam budidaya tanaman cabai adalah keberadaan
gulma disekitar tanaman cabai yang menyebabkan kompetisi diantara keduanya.
Kompetisi antara gulma dengan cabai dapat menurunkan produksi. Salah satu upaya
untuk mengurangi tingkat kompetisi ini adalah dengan mengendalikan gulma saat periode
kritis tanaman (Oktavia, 2007), gulma dapat dibasmi dengan melakukan
penyemprotan pestisida.
Rukmana (1999) keberadaan gulma pada areal tanaman budidaya dapat
menimbulkan kerugian baik dari segi kuantitas maupun kualitas produksi.
Kerugian yang ditimbulkan oleh gulma di antaranya adalah sebagai berikut :
1.
Penurunan hasil pertanian akibat persaingan dalam
perolehan air, udara, unsure hara, dan tempat hidup.
2.
penurunan kualitas hasil, menjadi inang hama dan
penyakit.
3.
Membuat tanaman
keracunan akibat senyawa racun ( alelopati) yang dikeluarkan oleh gulma,
seperti zat phenol yang di keluarkan oleh alang-alang (Imperata Cylindrica) dan absisti yang di hasilkan oleh rumput sakti
(Artemisia Absinthium).
4.
Menyulitkan pekerjaan dilapangan dalam pengolahan
hasil.
2.4 Identifikasi Masalah
Metode pengenalan tumbuh-tumbuhan lazimnya disebut dengan determinasi
tumbuh-tumbuhan atau identifikasi tumbuh-tumbuhan. Metode determinasi
tumbuh-tumbuhan dilakukan dengan bantuan buku kunci determinasi yang berisi
uraian atau pertelaan (description) botani dari tumbuh-tumbuhan yang telah
disusun dalam golongan-golongan yang sistematis. Dewasa ini metode pengenalan
tumbuh-tumbuhan umumnya disebut dengan metode identifikasi tumbuh-tumbuhan.
Identifikasi gulma terdiri dari dua macam, yaitu identifikasi gulma yang
masalah belum diketahui dalam ilmu pengetahuan dan yang kedua identifikasi
gulma yang belum kita kenal namun sudah
diketahui dalam dunia ilmu pengetahuan. Identifikasi gulma yang sudah diketahui
dalam dunia ilmu pengetahuan dapat dilakukan dengan cara (Pancho,1975).
- Menggunakan buku kunci identifikasi
- Memakai system species identifikasi sheet
- Membandingkan dengan specimen herbarium yang sah